skip to main |
skip to sidebar
Dear Diaries... Part 2
Rasanya belum lama aku mengisahkan
pengalaman cintaku yang menyedihkan kemarin, tapi saat ini telah kualami
pengalaman yang lebih menyedihkan lagi dari yang kemarin telah kualami dan
masih berhubungan dengan pengalaman percintaanku dengan Dion. Setelah bertahan
dari berbagai ujian, kini hubunganku telah berjalan selama tiga tahun lebih
lamanya. Namun keadaan kurasakan tak pernah membaik, tak ada titik terang untuk
hubungan kami berdua.
Apa yang terjadi saat ini betul-betul
telah menguras hati, fikiran, dan air mata, bahkan tidak ada lagi semangat
hidup yang kurasakan. Raga mungkin masih nampak dari luar, tapi jiwaku telah
mati dari dalam. Dua tahun belakangan ini merupakan tahun-tahun terberat dalam
hidupku. Satu per satu cobaan datang tanpa henti menghampiriku secara
bertub-tubi.
Masih
teringat jelas awal tahun 2014 lalu, tanpa kusangka telah bersarang benjolan
besar di dalam payudaraku sebelah kiri. Keadaan itu jelas sangat membuatku
depresi, terlebih lagi saat itu keluargaku sedang mengalami kesulitan ekonomi
sehingga menjadi kendala untuk segera memeriksakan penyakitku ini. Sungguh
hari-hari yang sulit kurasakan waktu itu. Ketakutan dan rasa khawatir yang
teramat besar setiap saat menghantuiku, takut jikalau sampai benjolan yang bersarang
di payudaraku itu ternyata adalah kanker.. Naudzubillah
minzalik
Belum dapat kulewati cobaan berat di awal tahun itu,
sekitar beberapa bulan setelah aku mendapati penyakitku itu, cobaan baru muncul
kembali dan tak kalah berat dari cobaan sebelumnya. Sekitar bulan April 2014,
kekasihku tercinta (Dion) tertangkap tangan oleh aparat kepolisian dalam kasus
penyalahgunaan narkoba. Saat itu perasaan marah, sedih, dan kecewa bercampur
jadi satu. Air mataku tak pernah kering memikirkan semua kejadian yang
menimpaku saat ini. Saat aku butuh seseorang kekasih untuk ada di sampingku
menguatkanku melalui cobaan penyakit yang kualami ini, ternyata Tuhan
berkehendak lain. Dion harus menjalani hukuman di dalam rutan untuk mempertanggung
jawabkan perbuatannya itu hingga aku harus melalui hari-hariku melawan
penyakitku sendirian, ditambah lagi aku harus menguatkan diriku untuk tegar
menghadapi apa yang menimpaku saat ini termasuk cobaan yang menimpa hubungan
cintaku.
Tak
lama setelah kejadian itu, aku segera memeriksakan penyakitku ini dan dokter
menganjurkan agar benjolan yang bersarang di payudaraku ini segera diangkat.
Aku dan keluarga pun meyetujui anjuran dari dokter yang menanganiku. Akhirnya
dalam beberapa hari akupun menjalani operasi di salah satu rumah sakit swasta
yang ada di daerahku. Namun perasaan takut dan khawatit tidak berhenti setelah
operasi, bahkan perasaan takut dan khawatir itu makin menjadi. Aku harus
menunggu seminggu lagi untuk mengetahui secara pasti bahwa benjolan yang
bersarang di payudaraku itu termasuk tumor atau kanker.. Naudzubillah minzalik
Setelah
menunggu pemeriksaan selama seminggu, akhirnya aku segera mengetahui hasil
pemeriksaan bahwa benjolan yang pernah bersarang di payudara sebelah kiriku
merupakan tumor jinak dan bukan kenker. Sungguh rasa syukur tak hentinya ku
ucapkan, ternyata Tuhan masih melindungiku dari penyakit badan ini, tapi tidak
dari penyakit hati atau perasaan.
Beberapa
bulan setelah kesehatanku kembali pulih, aku mulai fokus untuk mengurusi
kebutuhan sehari-hari Dion di dalam rutan termasuk melakukan berbagai upaya
agar ia cepat terbebas dari hukumannya. Tak tega rasanya melihat orang yang aku
sayangi menderita sendirian walaupun itu memang sudah hukuman atas perbuatan
yang ia lakukan. Akhirnya aku tak pernah putus memantau dan memperhatikan
kebutuhannya di dalam rutan, terlebih soal kebutuhan makannya bahkan sampai
kebutuhan materi aku penuhi. Apapun yang ia butuhkan pasti akan segera
kupenuhi, tak peduli walaupun hujan badai kadang ingin menghalangi, tapi
kemauanku untuk menolongnya lebih besar. Bersama dengan kakanya hampir setiap
haripun kami melakukan upaya agar Dion cepat terbebas dari hukumannya. Tak
terbayang rasa lelah yang kualami saaat itu.
Banyak
hikmah yang aku dapat dari peristiwa ini. Dari rangkaian peristiwa yang aku
lalui, dari sini hatiku mulai mantap mengenakan hijab, aku belajar sabar dan
tegar dalam menghadapi segala cobaan hidup. Aku belajar setia.. setia bahkan
saat aku dihianati.
Ya…
Aku dihianati..
Setelah
enam bulan Dion menjalani hukumannya di dalam rutan, ia mulai jujur kepadaku
bahwa sebenarnya enam bulan ini ia telah menjalani hubungan dengan wanita lain,
wanita yang menjadi juniornya di kampus tanpa sepengetahuanku. Sebut saja ia
Rini (nama samara). Terbayang perasaanku waktu itu begitu hancur, terasa
nyawaku melayang mendengar pengakuannya itu, namun apa daya aku tak bisa
berbuat apa-apa. Hanya bisa menangis saat teringat pengakuannya itu bahkan
sampai saat ini. Tapi rasa sakit itu tak sebanding dengan kepedulianku
terhadapnya. Walaupun rasa sakit itu membekas dalam hati, tapi dalam satu sisi
aku tak tega membiarkan Dion kelaparan atau kekurangan sesuatu di dalam rutan.
Oleh karena itu dengan kebesaran hati aku tetap memenuhi seluruh kebutuhannya.
Tapi
aku tidak begitu saja menerima keadaan ini, aku meminta Dion untuk meninggalkan
Rini dan berusaha memperbaiki hubungan kami berdua dan berjanji untuk tidak
mengulangi perbuatannya lagi. Melihat pengorbananku selama ini, rasanya aku
pantas meminta itu kepada Dion dan akhirnya ia pun menyanggupi. Setelah ia
memutuskan memutuskan hubungannya dengan Rini, hubungan kami pun berangsur
membaik tapi itu tak berlangsung lama. Setiap kami bertengkar ataupun aku
sedikit membuat kesalahan, Dion selalu melampiaskan rasa kesalnya dengan
menjalin komunikasi kembali dengan Rini sehingga ia memberikan rasa sakit hati
kepadaku. Bisa kalian bayangkan betapa Dion tak pernah memikirkan persaanku
selama ini, bahkan setelah sekian banyak pengorbanan yang kulakukan untuknya ia
tak pernah sadar.
Rasa
sakit hati yang kurasakan semakin dalam ketika Dion mengatakan kepadaku bahwa
ia menyayangi Rini. Sungguh keadaan saat itu membuatku merasakan seakan aku sedang
menghadapi kematianku sendiri. Rasa sakit yang tak dapat terbendung lagi
membuatku susah mengontrol perasaanku, membuatku lemah tak berdaya, bahkan selama
beberapa hari tak sedikitpun makanan masuk ke dalam tenggorokanku. Keadaanku
yang seperti itu memaksaku lebih baik mengemis cinta dari pada berlarut-larut
dalam keadaan seperti ini, keadaan yang akan membunuhku cepat atau lambat.
Selama
bertahun-tahun aku mencoba sabar menerima semua perbuatannya kepadaku dan
bertahan bahkan ketika ia berada dalam masa-masa tersulit dalam hidupnya, tapi
seakan ia tak pernah mengingat itu semua. Dion seperti tak pernah peduli dengan
perasaanku, tak pernah mengingat setiap pengorbanan yang aku lakukan untuknya.
Namun yang paling aku sesalkan dari perbuatannya ini, mengapa saat ia
membutuhkan sesuatu atau pertolongan pasti ia hanya akan memintanya kepadaku,
mengapa tak meminta kepada Rini jika memang perasaanya kepada Rini lebih besar
dibandingkan kepadaku. Aku merasa Dion hanya memanfaatkanku selama ini,
memanfaatkan kebaikan dan kesabaranku untuk kepentingan dan keegoisannya.
Tentu
saja seperti sebelum-sebelumnya, aku hanya bisa menerima itu semua tanpa bisa
berbuat apa-apa. Dion seolah hanya mempermainkan perasaanku karena tiap kami
bertengakar atau ada hal-hal yang tidak ia sukai dariku, pasti ia akan
membalasku dengan sakit hati yang teramat dengan menjadikan Rini sebagai alasan
sakit hati dan kehancuranku.
……………Bersambung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar