Selasa, 17 Februari 2015

Dear Diaries... Part 2

Rasanya belum lama aku mengisahkan pengalaman cintaku yang menyedihkan kemarin, tapi saat ini telah kualami pengalaman yang lebih menyedihkan lagi dari yang kemarin telah kualami dan masih berhubungan dengan pengalaman percintaanku dengan Dion. Setelah bertahan dari berbagai ujian, kini hubunganku telah berjalan selama tiga tahun lebih lamanya. Namun keadaan kurasakan tak pernah membaik, tak ada titik terang untuk hubungan kami berdua.

Apa yang terjadi saat ini betul-betul telah menguras hati, fikiran, dan air mata, bahkan tidak ada lagi semangat hidup yang kurasakan. Raga mungkin masih nampak dari luar, tapi jiwaku telah mati dari dalam. Dua tahun belakangan ini merupakan tahun-tahun terberat dalam hidupku. Satu per satu cobaan datang tanpa henti menghampiriku secara bertub-tubi.

            Masih teringat jelas awal tahun 2014 lalu, tanpa kusangka telah bersarang benjolan besar di dalam payudaraku sebelah kiri. Keadaan itu jelas sangat membuatku depresi, terlebih lagi saat itu keluargaku sedang mengalami kesulitan ekonomi sehingga menjadi kendala untuk segera memeriksakan penyakitku ini. Sungguh hari-hari yang sulit kurasakan waktu itu. Ketakutan dan rasa khawatir yang teramat besar setiap saat menghantuiku, takut jikalau sampai benjolan yang bersarang di payudaraku itu ternyata adalah kanker.. Naudzubillah minzalik
            Belum dapat kulewati cobaan berat di awal tahun itu, sekitar beberapa bulan setelah aku mendapati penyakitku itu, cobaan baru muncul kembali dan tak kalah berat dari cobaan sebelumnya. Sekitar bulan April 2014, kekasihku tercinta (Dion) tertangkap tangan oleh aparat kepolisian dalam kasus penyalahgunaan narkoba. Saat itu perasaan marah, sedih, dan kecewa bercampur jadi satu. Air mataku tak pernah kering memikirkan semua kejadian yang menimpaku saat ini. Saat aku butuh seseorang kekasih untuk ada di sampingku menguatkanku melalui cobaan penyakit yang kualami ini, ternyata Tuhan berkehendak lain. Dion harus menjalani hukuman di dalam rutan untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya itu hingga aku harus melalui hari-hariku melawan penyakitku sendirian, ditambah lagi aku harus menguatkan diriku untuk tegar menghadapi apa yang menimpaku saat ini termasuk cobaan yang menimpa hubungan cintaku.
            Tak lama setelah kejadian itu, aku segera memeriksakan penyakitku ini dan dokter menganjurkan agar benjolan yang bersarang di payudaraku ini segera diangkat. Aku dan keluarga pun meyetujui anjuran dari dokter yang menanganiku. Akhirnya dalam beberapa hari akupun menjalani operasi di salah satu rumah sakit swasta yang ada di daerahku. Namun perasaan takut dan khawatit tidak berhenti setelah operasi, bahkan perasaan takut dan khawatir itu makin menjadi. Aku harus menunggu seminggu lagi untuk mengetahui secara pasti bahwa benjolan yang bersarang di payudaraku itu termasuk tumor atau kanker.. Naudzubillah minzalik
           Setelah menunggu pemeriksaan selama seminggu, akhirnya aku segera mengetahui hasil pemeriksaan bahwa benjolan yang pernah bersarang di payudara sebelah kiriku merupakan tumor jinak dan bukan kenker. Sungguh rasa syukur tak hentinya ku ucapkan, ternyata Tuhan masih melindungiku dari penyakit badan ini, tapi tidak dari penyakit hati atau perasaan.

          Beberapa bulan setelah kesehatanku kembali pulih, aku mulai fokus untuk mengurusi kebutuhan sehari-hari Dion di dalam rutan termasuk melakukan berbagai upaya agar ia cepat terbebas dari hukumannya. Tak tega rasanya melihat orang yang aku sayangi menderita sendirian walaupun itu memang sudah hukuman atas perbuatan yang ia lakukan. Akhirnya aku tak pernah putus memantau dan memperhatikan kebutuhannya di dalam rutan, terlebih soal kebutuhan makannya bahkan sampai kebutuhan materi aku penuhi. Apapun yang ia butuhkan pasti akan segera kupenuhi, tak peduli walaupun hujan badai kadang ingin menghalangi, tapi kemauanku untuk menolongnya lebih besar. Bersama dengan kakanya hampir setiap haripun kami melakukan upaya agar Dion cepat terbebas dari hukumannya. Tak terbayang rasa lelah yang kualami saaat itu.

           Banyak hikmah yang aku dapat dari peristiwa ini. Dari rangkaian peristiwa yang aku lalui, dari sini hatiku mulai mantap mengenakan hijab, aku belajar sabar dan tegar dalam menghadapi segala cobaan hidup. Aku belajar setia.. setia bahkan saat aku dihianati.

            Ya… Aku dihianati..

      Setelah enam bulan Dion menjalani hukumannya di dalam rutan, ia mulai jujur kepadaku bahwa sebenarnya enam bulan ini ia telah menjalani hubungan dengan wanita lain, wanita yang menjadi juniornya di kampus tanpa sepengetahuanku. Sebut saja ia Rini (nama samara). Terbayang perasaanku waktu itu begitu hancur, terasa nyawaku melayang mendengar pengakuannya itu, namun apa daya aku tak bisa berbuat apa-apa. Hanya bisa menangis saat teringat pengakuannya itu bahkan sampai saat ini. Tapi rasa sakit itu tak sebanding dengan kepedulianku terhadapnya. Walaupun rasa sakit itu membekas dalam hati, tapi dalam satu sisi aku tak tega membiarkan Dion kelaparan atau kekurangan sesuatu di dalam rutan. Oleh karena itu dengan kebesaran hati aku tetap memenuhi seluruh kebutuhannya.

      Tapi aku tidak begitu saja menerima keadaan ini, aku meminta Dion untuk meninggalkan Rini dan berusaha memperbaiki hubungan kami berdua dan berjanji untuk tidak mengulangi perbuatannya lagi. Melihat pengorbananku selama ini, rasanya aku pantas meminta itu kepada Dion dan akhirnya ia pun menyanggupi. Setelah ia memutuskan memutuskan hubungannya dengan Rini, hubungan kami pun berangsur membaik tapi itu tak berlangsung lama. Setiap kami bertengkar ataupun aku sedikit membuat kesalahan, Dion selalu melampiaskan rasa kesalnya dengan menjalin komunikasi kembali dengan Rini sehingga ia memberikan rasa sakit hati kepadaku. Bisa kalian bayangkan betapa Dion tak pernah memikirkan persaanku selama ini, bahkan setelah sekian banyak pengorbanan yang kulakukan untuknya ia tak pernah sadar.

         Rasa sakit hati yang kurasakan semakin dalam ketika Dion mengatakan kepadaku bahwa ia menyayangi Rini. Sungguh keadaan saat itu membuatku merasakan seakan aku sedang menghadapi kematianku sendiri. Rasa sakit yang tak dapat terbendung lagi membuatku susah mengontrol perasaanku, membuatku lemah tak berdaya, bahkan selama beberapa hari tak sedikitpun makanan masuk ke dalam tenggorokanku. Keadaanku yang seperti itu memaksaku lebih baik mengemis cinta dari pada berlarut-larut dalam keadaan seperti ini, keadaan yang akan membunuhku cepat atau lambat.

        Selama bertahun-tahun aku mencoba sabar menerima semua perbuatannya kepadaku dan bertahan bahkan ketika ia berada dalam masa-masa tersulit dalam hidupnya, tapi seakan ia tak pernah mengingat itu semua. Dion seperti tak pernah peduli dengan perasaanku, tak pernah mengingat setiap pengorbanan yang aku lakukan untuknya. Namun yang paling aku sesalkan dari perbuatannya ini, mengapa saat ia membutuhkan sesuatu atau pertolongan pasti ia hanya akan memintanya kepadaku, mengapa tak meminta kepada Rini jika memang perasaanya kepada Rini lebih besar dibandingkan kepadaku. Aku merasa Dion hanya memanfaatkanku selama ini, memanfaatkan kebaikan dan kesabaranku untuk kepentingan dan keegoisannya.

        Tentu saja seperti sebelum-sebelumnya, aku hanya bisa menerima itu semua tanpa bisa berbuat apa-apa. Dion seolah hanya mempermainkan perasaanku karena tiap kami bertengakar atau ada hal-hal yang tidak ia sukai dariku, pasti ia akan membalasku dengan sakit hati yang teramat dengan menjadikan Rini sebagai alasan sakit hati dan kehancuranku.

            ……………Bersambung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar